Tuesday, March 16, 2010

Manajemen Diri

Pernakah saat waktu menunjukkan pukul 16.00 menjelang pulang tetapi pekerjaan Anda belum selesai? Satu hal yang perlu diketahui, kesibukan belum tentu hal yang produktif. Saat friend sibuk, belum tentu friend akan menghasilkan. Dengan tugas setumpuk dan deadline yang semakin mendekat, jelas akan membebani pikiran friend. Untuk bisa produktif tanpa membuat diri sibuk, friend cukup dengan mengembangkan kemampuan untuk memanejemeni diri friend sendiri.


Kata-kata manejemen diri sekarang mulai populer, dan manajemen diri tersebut juga mempunyai artian, yaitu kemampuan untuk mengelola pikiran, perilaku dan perasaan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Konsep manajemen diri ini mulai dikenalkan oleh Brian Yates (1989) dan pada tahun 1999 dan kemudian disempurnakan oleh O'Keefe dan Berger dalam bukunya yang berjudul self management on college student.

Saat kita mendapatkan kata mengelola pikiran, perilaku dan perasaan, maka hal demikian akan mengacu pada satu pola kewajiban positif manusia, yaitu penguasaan diri. Manajemen diri juga menuju pada konsistensi dan keselarasan pikiran, ucapan dan perbuatan sehingga apa yang dipikirkan sama dan sejalan dengan apa yang diucapkan dan diperbuat. Integritas seperti inilah yang diharapkan akan timbul dalam diri para praktisi manajemen diri.

Manajemen diri pertama-tama bisa dilakukan dengan cara mengatur atau mengontrol pikiran. John C. Maxwell mengatakan bahwa pikiran berlanjut ke ucapan terus ke perbuatan. Jika rangkaian ini terus dilakukan dapat membentuk kebiasaan yang menghasilkan karakter seseorang dan akhirnya menentukan destiny (= nasib)-nya. Hal di atas adalah manajemen diri yang diimplikasikan ke kehidupan secara keseluruhan. Sekarang, bagaimana caranya bila manajemen diri diterapkan dalam dunia kerja?

Seperti yang sudah dijabarkan pada bagian paling atas, kebanyakan karyawan mendapatkan stress di tempat kerja karena pekerjaan yang tidak kunjung selesai. Untuk hal tersebut cobalah memulai memanejemen diri friend dengan membuat suatu rencana kerja. Rencana kerja ini bisa Anda buat di pagi hari ataupun pada saat friend menjelang pulang. Ada ungkapan yang mengatakan ”If you fail to plan, you plan to fail”. Rencana yang friend buat janganlah bersifat kaku tetapi selalu terbuka untuk adjustment kapanpun. Jangan lupa untuk menyisipkan waktu untuk istirahat. Pada prinsipnya, friend melakukan manajemen diri untuk friend sendiri. Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.

Setelah friend sudah mendapatkan sebuah rencana kerja, cobalah fokus pada satu persatu pekerjaan yang sudah urutkan pada jadwal friend tersebut. Karena mengerjakan dua hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian friend tetapi juga membuat friend kurang fokus, yang akibatnya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.

Dan kemudian hal terakhir yang harus kita lakukan adalah menghindari interupsi, karena interupsi seringkali mengganggu kosentrasi kita dengan tanpa disadari. Dua hal dalam dunia kerja yang sering menjadi sumber interupsi adalah email, telepon bahkan social network. Jawablah telepon dari orang yang berkepentingan saja, cek email pada waktu-waktu tertentu dan konfirm status pada saat jadwal lebih longgar bila Anda memasang iklan di social network.

Manajemen diri erat kaitannya dengan bagaimana friend mengatur waktu friend sehari-hari. Jangan biarkan faktor-faktor eksternal mengganggu produktifitas friend. Apabila friend produktif bukan hanya friend sendiri yang senang tapi juga boss friend. Hidup friend lebih mudah dan stress pun berkurang. (*)

1 comment: