Monday, April 26, 2010

Tidak Seperti Yang Terlihat

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement.

Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu lenyap.

Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah satu keluarga petani miskin tetapi sangat ramah.
Setelah membagi sedikit makanan yang petani itu punyai, petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk istirahat di tempat tidurnya.

Ketika matahari terbit keesokkan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan isterinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.

Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yang pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati?

Malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak
menemukan emas itu.”

“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa isterinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil isterinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita mempunyai iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi kebaikan kita.

Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba….

Mulai Cintai Ibumu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya

Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap, kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah, dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan

Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
 
Friend mulailah cintai dan sayangilah Ibumu...

Thursday, April 22, 2010

Kartini Masa Depan Politikus Perempuan

Selamat hari kartini perempuan Indonesia. Tidak terasa 1 abad lebih, Raden Adjeng Kartini meninggalkan kita. Begitu banyak jasa berupa pemikiran perjuangan hak perempuan yang telah dicetuskan oleh perempuan yang akrab dipanggil Raden Ayu kartini ini. Pemikiran untuk menyetarakan kedudukan martabat perempuan, itulah yang diimpikan R.A Kartini. Beruntung bagi perempuan Indonesia, selama kurun waktu kurang lebih 15 tahun kebelakang, negara Indonesia kerapkali mendukung dan menjunjung pemikiran emansipasi wanita yang disuarakan dengan kritis oleh perempuan Indonesia.


Namun, pertanyaannya, apakah pemikiran Kartini yang diikuti oleh perempuan Indonesia ini bisa membantu sedikit banyak perkembangan politik Indonesia? Artinya apakah perempuan bisa sukses seperti para “legislatif laki-laki”?

Seperti cerita terdahulu, R.A Kartini tidak ingin melihat perempuan menderita dan hanya mempunyai ilmu sebatas tembok rumah. R.A. Kartini ingin perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki, yang bertujuan agar perempuan tidak selalu dimanfaatkan, dalam artian hanya mempunyai kewajiban tanpa mendapatkan hak.

Dalam kurun waktu 1 abad lebih, pemikiran-pemikiran R.A Kartini telah bertranformasi dan berkembang menjadi lebih modern dan tajam. Pemikiran-pemikiran emansipasi perempuan semakin banyak dipatenkan di setiap hati dan pikiran perempuan Indonesia modern. Tidak ingatkah kita saat terjadi pro dan kontra pengadaan RUU Pornografi dan poligami, siapakah yang paling vocal dan berada pada barisan terdepan?. Yang dulunya perempuan hanya tunduk untuk di poligami oleh sang suami, sekarang bisa “berpikir kritis” untuk berpendapat, dan mungkin bisa dibilang polemik ini adalah “perangnya argument kritis para Kartini-Kartini Indonesia modern”. Kartini sekarang semakin kritis dan berani. Kesensitifan hati seorang perempuan seakan menjadi indra ke 6 bagi mereka untuk bisa lebih tajam dalam menyikapi masalah.

Dengan terbentuknya sebuah Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau biasa disebut Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dengan Keputusan Presiden No. 181/1998, maka perempuan Indonesia semakin percaya diri berkreasi dan tidak lagi terbentur oleh adat. Perempuan Indonesia bisa menuntut ilmu setinggi yang diinginkan.

Banyak Peluang

Tidak hanya omong kosong, sudah banyak posisi pemimpin dipercayakan kepada seorang perempuan. Dan sebenarnya, masyarakat juga sudah mulai mempercayakan suaranya kepada kaum perempuan yang dinilai lebih jujur. Bahkan seperti yang dilansirkan oleh KOMPAS.com 7/5/2009 “Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol) UI mencatat jumlah perempuan di DPR periode 2009-2014 meningkat daripada jumlah perempuan yang duduk di parlemen sebelumnya.” bukan hanya itu, banyak organisaasi perempuan yang menyarankan anggotanya untuk memilih caleg perempuan, karena caleg perempuan diharapkan bisa mengerti secara langsung isi hati yang dirasakan para perempuan Indonesia.

Tetapi kenyataan yang sering disayangkan adalah, caleg perempuan seringkali kalah dalam perebutan kursi dengan caleg laki-laki, mengapa demikian? Ketua Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem) Didik Supriyanto mengatakan pada Kompas.Com 21/5/2009 “Karena perempuan kalah dalam hal moral dalam artian standar moral yang lebih tinggi ini (dimiliki laki-laki) memaksa perempuan kalah dengan upaya lelaki yang konon lebih suka menggunakan paksaan dan kekerasan.” Tetapi, dengan pernyataan seperti ini, sebenarnya perempuan sudah mendapatkan satu nilai positif.

Jika masyarakat mengetahui karakter moral sebagian caleg laki-laki yang konon lebih suka menggunakan “paksaan dan kekerasan”, maka saya yakin masyarakat akan lebih tenang dan senang menyerahkan “suara”nya kepada caleg perempuan. Contoh, ketika kita masih di bangku sekolah, saat kita memilih sebuah jajaran pengurus OSIS, kita tentunya akan menjadi selektif. Tetapi, saat pemilihan seorang bendahara maka pikiran kita pasti langsung berkata “enaknya perempuan” dan kemudian, kita akan memilih teman kita yang berjenis kelamin perempuan. Mengapa demikian? Karena dalam pikiran kita sudah tersugesti “soal “uang” kita percaya bahwa perempuan lebih pintar dan jujur dalam mengolahnya dari pada laki-laki.” Kehidupan politik yang selalu syarat dengan kehadiran “uang” seharusnya bisa menjadi “jalan lebar” bagi para Kartini- Kartini Indonesia untuk bisa bersaing dengan caleg laki-laki.

Berfikir Kritis dan Optimis

Jika seseorang ingin berperang, pasti akan sangat masuk akal jika ia membekali diri mereka dengan senjata dan amunisi yang cukup. Tetapi diantara kedua perbekalan tersebut, hal utama yang harus dimiliki dan dipenuhi adalah “berfikir kritis dan optimis”. Sebenarnya kedua perbekalan utama ini bisa dikatakan sebagai tameng, atau baju anti peluru. Para kartini Indonesia yang bisa dibilang tidak sejantan laki-laki akan mudah “dijatuhkan” dengan satu-dua kali pukulan. Tetapi, dengan kedua senjata ini, para kartini bisa melindungi diri dan kerap kali menyerang balik lawannya. (berpenampilan “Kartini”, kekuatan “Gatotkaca”).

Banyak organisasi perempuan yang siap membantu. Jika perempuan selama ini telah beranggapan “hampir”, bahkan telah “berhasil” menyetarakan keberadaan harkat dan martabatnya dengan laki-laki, maka di tahun-tahun kedepan diyakini perempuan akan mampu mengungguli kemampuan laki-laki. Tinggal bagaimana perempuan dapat mempertahankan prinsip jalan pikiran kritis yang selama ini telah dibangun, agar haknya tidak lagi direnggut oleh faktor-faktor yang kurang menguntungkan.

Kita tunggu saja kreasi dan manfaat dari teriakan-teriakan persamaan hak kartini Indonesia ini. Apakah mereka mampu menjadikan Indonesia ini menjadi lebih baik? (Krisno Sumilih)

Detik - Detik Piala Dunia 2010

Piala dunia 2010 telah mendekat, kurang beberapa hari saja kehadirannya muncul pada setiap pasang mata warga seluruh dunia. Selama kurang lebih 1 bulan, ajang bergengsi FIFA ke 19 ini siap untuk menghipnotis warga dunia. Afrika Selatan yang berhasil menjadi tuan rumah piala dunia 2010, tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Jelas negara ini akan mempersiapkannya segala sesuatunya dengan sebaik mungkin, walaupun di tengah masyarakat dunia telah muncul beberapa rumor tentang kendala-kendala yang bisa merusak suasana pertandingan.


Berkelimpahan surga devisa, itulah yang akan dituai oleh Afrika Selatan dari para suporter dan penggemar sepakbola di seluruh dunia yang berantusias hadir ke Afrika. Dalam tiap penyelenggaraannya, ajang piala dunia ini selalu menjadi sorotan utama seluruh media massa, mulai dari media cetak, sampai dengan media televisi. Mereka berlomba-lomba untuk bisa meliput seluruh detail acara. Bahkan bisa dibilang, seakan-akan tidak ada lagi cabang olah raga yang lebih penting untuk diperbincangkan selain sepak bola. Di kantor, rumah, kafe, warung, dan berbagai tempat lain, sepertinya akan tidak menarik jika tidak memperbincangkan ajang sepakbola terbesar ini.

Dampak dan manfaat

Tetapi adapula dampak negatif ajang ini. Pada tahun 2006 saat piala dunia diadakan di Jerman, sejumlah pemilik rumah makan di Manado mengaku telah mengalami kemerosotan omset sekitar 50 sampai 70% (17/06/2006, 15:59 WIB - KOMPAS Cyber Media - NASIONAL, ), dan menurut saya tidak hanya di Manado rumah makan yang mengalaminya. Sedangkan menuirut M. Yusuf Suseno dalam tulisannya (Kompas, 9/6/2006) mengatakan “bahwa di setiap ajang Piala dunia, sekitar 80 persen kematian mendadak karena jantung muncul pada seseorang dengan kelainan jantung koroner”.

Tetapi diantara semua dampak yang muncul, dampak yang paling diwaspadai dan selalu menjadi sorotan penting kepolisian adalah Judi Bola. Judi Bola ini selalu marak dan meningkat drastis saat menjelang piala dunia. Berbagai kalangan, mulai dari masyarakat menengah kebawah, masyarakat menengah keatas, sampai dengan opnum aparat kepolisian. Beberapa opnum polisi di Kalimantan Selatan kala itu terjerat dalam kasus perjudian bola Piala dunia 2006. (Anggota Polisi Ditangkap karena Bisnis Judi Bola - 18/06/2006, 15:39 WIB - KOMPAS Cyber)

Untuk orang cerdik yang patuh terhadap hukum, ajang ini merupakan suatu peluang bisnis yang sangat prospek. Menurut mereka ini adalah kesempatan langkah dan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Misal. Menjual pernik-pernik maskot piala dunia, pencetakan poste, dan lain sebagainya. Kemudian untuk pemilik warung, mereka berlomba-lomba untuk “mengadakan” sebuah pesawat televisi, walaupun dibelinya dengan kredit. Mereka mengharapkan akan banyak pengunjung yang nongkrong dan menghabiskan uang dan waktunya di sana. Untuk para pemilik kafe, mereka biasanya akan mengadakan acara dadakan atau musiman dengan tema Nonton Bareng (NONBAR) dan juga berharap akan banyak pengunjung yang antusias mendukung tim kesayangannya. Lucu memang, tetapi hal ini benar-benar menghasilkan.

Bagi sebagian kalangan muda, nonton piala dunia di warung maupun di kafe adalah hal yang menarik. Selain agar lebih rame dan seru, uang yang mereka keluarkan pun relatif tidak banyak. Dengan segelas kopi ataupun softdrink, mereka bisa menikmati ajang piala dunia ini dengan bebas.

Di setiap ajangnya, piala dunia selalu berhasil menghipnotis banyak banyak orang. Apalagi pada ajang piala dunia Afrika Selatan ini, ada hal yang menjadi suatu keuntungan tersendiri, yaitu dalam hal waktu penayangan.

Membatasi diri

Sebagai mahkluk sosial yang mempunyai harapan masa depan lebih baik, ada baiknya kita membatasi diri dari setiap godaan efek negatif piala dunia. Jangan sampai kita lupa kewajiban kita sebagai mahkluk sosial.

Waktu pertandingan yang diperkirakan bekisar antara pukul 16.00 sampai dengan pukul 19.00 semakin membuat banyak orang diuntungkan, karena dengan waktu penayangan yang ideal tersebut diperkirakan akan mempermudah seseorang untuk menonton. Pukul 16.00 sampai dengan pukul 19.00 adalah waktu bebas yang biasanya dihabiskan dengan bersantai.

Jika kita terlalu fanatik terhadap satu tim, emosi kita akan mudah untuk terpancing. Kita seringkali akan melakukan apa saja untuk bisa mendukung tim kesayangan. Tidak ingin tim kita diremehkan, kita akan rela untuk bertaruh dengan pendukung tim lawan. Semakin tim kita mendekati pertandingan final, semakin besar pula dukungan yang akan kita berikan.

Ada pendapat keliru tentang pengendalian diri bagi sebagian GIBOL tanah air.

Adalah judi kecil-kecilan atau biasanya hanya sekedar iseng. Hal ini kerap kali dilegalkan oleh banyak GIBOL dengan dalih hanya untuk memperiah suasana nonton bareng. Walaupun taruhannya hanya sekedar “traktiran makan”, hal ini tetap saja dianggap judi. Tanpa kita sadari, dalam dunia judi, hal kecil bisa menjadi hal besar. Tidak ingatkah kita bahwa banyak sekali pembunuhan yang dilakukan oleh “teman sendiri” karena judi.

Jika kita sudah sangat gila dalam mendukung tim kesayangan, bukan lagi sepiring makanan yang menjadi taruhan, melainkan harga diri lah yang menjadi taruhannya. Para gila bola layaknya suporter, mereka akan mudah emosi jika tim kesayangan mereka kalah. Dukungan mereka layaknya “bara api” yang akan mudah terbakar jika terkena sedikit “tiupan angin”.

Pembukaan piala dunia 11 Juni tinggal beberapa hari lagi, sudah siapkah kita untuk memagari diri? Jika ingin memanfaatkan ajang ini sebagai peluang bisnis, lakukanlah bisnis yang legal dan di sahkan oleh peraturan negara. Bukalah dada dalam menerima kekalahan tim kesayangan, jalankanlah akal sehat Anda dalam menyikapi semua tantangan dari pendukung tim lawan. Boleh kita terhipnotis gebyar piala dunia, tetapi bekalilah diri Anda dengan sugesti yang benar. Jangan sampai “kesalahan kecil” membuat diri kita sulit untuk menikmati piala dunia 2014 yang akan datang. (Krisno Sumilih)